Jumat, Oktober 03, 2008

Ketika Aktivis Jatuh Cinta

Ketika Aktivis Harus Jatuh Cinta
Oleh : Alifa El-Khansa


Ketika Harus Jatuh Cinta, Catatan Kecil untuk Para Aktivis Dakwah Sejati
(Part 1: Fenomena)
Dakwah bagaikan cahaya yang terpantul dari kedalaman senyawa dalam dada.
Cahayanya terpantul karena banyaknya kaca hati yang terserak, menyertai segenap duka yang terpupuk atas nama surga.
Semakin banyak kaca hati yang terserak mampu melunturkan waktu yang kian menipis di kisi-kisi senja. Berharap cepat kembali demi sebuah cinta.

Bagi seorang aktivis, dakwah merupakan sebuah jalan panjang menuju surga-Nya yang penuh onak dan duri. Tidak akan disebut berdakwah ketika seorang aktivis tidak menemui cobaan dalam berdakwah. Karena memang cobaan adalah bagian dari dakwah itu sendiri dan Allah akan selalu menguji kesungguhan hati orang-orang yang telah berani mengatakan bahwa mereka beriman.

Banyak aktivis yang telah berhasil melewati berbagai fase cobaan dalam rentang dakwahnya yang panjang. Aktivis ini telah membuktikan dirinya di hadapan kaum muslimin dan Rabb bahwa dengan keteguhan hati dan kesabarannya telah berhasil melakukan terobosan-terobosan dakwah yang penuh strategi dalam melawan kebatilan. Aktivis ini menjadi tumpuan dakwah di tempatnya berada karena dapat dipercaya dan amanah dalam melaksanakan berbagai agenda. Ia layak digelari mujahidullah peradaban karena mampu bertahan dengan cobaan dakwah yang menyangkut strategi dalam melawan kebatilan.

Tetapi seringkali aktivis itu tidak menyadari bahaya cobaan yang sedang menerpa hatinya. Hatinya yang rapuh sering tergelincir dengan cinta terhadap lawan jenis yang tumbuh dari kebersamaan mereka dalam dakwah yang panjang dan penuh cobaan. Ta'awun yang mereka lakukan seringkali menimbulkan benih-benih terpendam. Lalu diam-diam mereka pupuk di dalam hati hingga akhirnya bunga bermekaran di mana-mana. Sayangnya, bunga itu bukanlah bunga mawar yang indah... Bunga itu tumbuh bukan dari keimanan, melainkan dari pandangan mata dan nafsu yang pelan-pelan merusak hati lalu menggerogoti jiwa yang lemah. Jiwa itu kini menjadi rapuh, merusak seluruh niat yang tersampir di dada lalu akhirnya merobohkan sendi-sendi dakwah.

Walaupun begitu, sulit sekali untuk melepaskan ‘dia' yang telah bersemayam di dada, jauh melebihi Dia yang selama ini selalu bersama kita dengan penuh cinta. Bagaimana bisa melupakannya begitu saja? Ketika seorang aktivis dakwah telah terlalu lama menancapkan panah-panah pandangan mata ke arah ‘dia' yang tampak indah dengan segala gerik dakwahnya, sedangkan Dia-Rabb yang selalu ada untuk kita tak pernah sekalipun menampakkan wujud-Nya, tentu saja sosok'nya' jadi lebih bermakna. Kita takut tegas padanya karena sebelumnya telah terbayang wajahnya yang memelas. Kita jadi takut berbuat salah padanya karena telah terbayang wajahnya yang merah padam. Sekarang di dalam pikiran hanya ada wajahnya dimana-mana! Inilah bahaya kalau para aktivis mengurangi porsi ghadul bashar pada lawan jenis...

Lalu setelah berusaha ghadul bashar dan meluruskan niat lagi, datang cobaan dari lingkungan sesama aktivis dakwah. Yang anehnya lagi, lingkungan aktivis kadang malah mendukungnya. Mereka ucapkan kata-kata penggoda untuk membuatnya merasa bahwa sosok ‘itu' juga pantas disandingkan dengannya. Hati yang telah kokoh dibentengi keimanan kepada Allah itu akhirnya kandas juga dimakan api asmara yang datangnya dari sesama para aktivis dakwah. Terkadang lingkungan aktivis dakwah sekalipun juga dapat menjerumuskan ketika orang-orang yang ada di lingkungan itu sendiri kurang bisa menjaga hati dan pandangannya. Benar-benar cobaan yang dahsyat! Harapan dan kenyataan untuk menggapai surga-Nya telah terkotori oleh cobaan cinta dari lawan jenis yang tidak mampu dimaknai sesuai porsinya. Kini, yang tersisa hanyalah puing-puing dakwah yang terserak, roboh terkena badai cinta.

Ketika Harus Jatuh Cinta, Catatan Kecil untuk Para Aktivis Dakwah Sejati
(Part 2:Antara Kejujuran & Ketulusan)
Cinta... tiada satu pun di dunia ini yang menafikan karena cinta sendiri merupakan senyawa yang menjadi fitrah manusia sejak dia ada. Sekarang, permasalahan yang muncul adalah apakah kita bisa menumbuhkan benih cinta yang ada di dalam hati sesuai dengan porsinya? Apakah kita mampu mensinkronisasikan cinta dengan dakwah yang telah menjadi darah daging kita sendiri? Ataukah kita memisahkan cinta dengan dakwah lalu jatuh terluka karena telah mencabik-cabiknya dari nyawa? Kita letakkan harapan pada hamba, yang bahkan masih mengeja makna cinta. Sedangkan cinta hanya mau berharap pada Ilahi Rabbi-Tuhan yang telah menjadikannya ada.

Andaikan kita menjadi seorang aktivis yang telah jatuh cinta pada seorang pengemban dakwah lainnya, apakah kita adalah orang yang lantas tergelincir dari jalan dakwah ataukah kita mampu bertahan lalu menjaga cinta kita sebagai rahasia saja? Atau jangan-jangan kita biarkan cinta dan dakwah berjalan beriringan. Kita berjuang untuk Allah sekaligus untuk mendapatkan cinta dari aktivis dakwah lainnya juga. Padahal kita mengetahui hanya amal yang niat tulus karena Allah saja-lah yang diterima oleh Allah.

Wahai para pengemban risalah Allah, sadarlah... Hanya kejujuran dan ketulusan sajalah yang mampu mengalahkan semua niat yang telah ternoda di dalam dada. Ketika niat telah terkotori dan cinta telah berharap pada selain Allah, jujurlah pada Allah. Utarakan kepada Allah dengan sejujurnya keinginanmu yang sebenarnya. Jika ingin bersatu dengannya, mintalah... Pun ketika hati ini ingin diluruskan oleh Allah, dihilangkan bayang-bayang dirinya dari pikiran, maka mintalah... Jujurlah pada Allah... Kenapa kita harus menutupi hal yang tampak di hadapan-Nya?

Tulus dan jujurlah hanya kepada Allah-Rabb yang Maha Mengetahui segala isi hati. Karena hanya Allah saja yang mampu jujur dan tulus kepada kita. Bukan pendamping dakwah yang kita harapkan atau bahkan lingkungan yang mungkin juga sedang futur.

Lalu ketika Allah telah membalas kejujuran itu, maka saatnya untuk tulus kepada Allah. Tulus atas apapun keputusan Allah yang diberikannya kepada kita. Seandainya Allah mengabulkan doa-doa kita, anggaplah ini sebagai kado kecil dari-Nya karena kita telah jujur pada-Nya. Jika Allah mengizinkan kita bersatu dengan kekasih hati, maka tuluskan lagi niat kita hanya karena Allah. Maka insyaAllah perjalanan dakwah ini dengan kekasih hati akan lebih indah dan diridhoi oleh-Nya. Sedangkan bila Allah justru memisahkan kita dengan kekasih hati, maka kita juga harus berusaha tulus menerima segala keputusan Allah. Ini adalah keputusan terbaik dari Allah dan tiada yang bisa menandinginya. Yakinlah dengan keputusan Allah ini, maka insyaAllah penggantinya akan lebih baik dari apa yang selama ini kita bayangkan.

InsyaAllah dengan kejujuran dan ketulusan cinta ini maka aktivis dapat melangkah di jalan dakwah dengan keyakinan teguh dan kesabaran. Akivis menjadi insan yang istiqomah melangkah di jalan dakwah. Aktivis menjadi mujahid yang berhasil dari segi strategi dan segi kesucian cinta. Semoga kita semua menjadi aktivis yang mampu jujur dan tulus kepada Allah atas fitrah cinta yang telah menjadi senyawa dalam jiwa kita. Amin...

Senin, September 29, 2008

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia
No: 05/PN/08/08 Jakarta, 10 Agustus 2008



Wahai Sahabat, Kekasih Allah..

Kita sekarang hidup dalam “kampung kecil” dunia global. Batas-batas imajiner antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau merasakan bahwa “kampung kecil” kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah?

Karena ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita. Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators (OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004 menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak 49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227 remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?

Harusnya kita selalu sadar bahwa Allah yang telah menciptakan kita, yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kita mampu bergerak karena Allah yang memberi kita jiwa. Kita mampu berpikir, bernafas,melihat,mendengar,dan meraba karena Allah memberikan kita kemampuan itu. Maka sudah sepantasnyalah kita hidup untuk melakukan yang terbaik menurut pencipta kita, pemberi kehidupan kita. Kita rasanya tidak punya keberanian untuk menentangnya, karena jiwa kita ada dalam genggamanNya.

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..

”Kampung kecil” kita saat ini mengarahkan kita jadi pekerja-pekerja murah untuk mengolah kekayaan alam kita yang berlimpah ruah demi memperkaya para penjajah. Tahukah engkau emas kita dikuasai pengusaha Freeport. Sembilan puluh persen kekayaan minyak dan gas kita dikuasai oleh penjajah yang lain? Lihatlah di sekitar kita. Fenomena keterpurukan. Fenomena kesedihan. Semakin banyak mereka yang putus sekolah. Semakin banyak mereka yang harus berjuang di jalan menjadi pengamen, pemulung. Kenapa bisa terjadi kalau negara ini sebenarnya kaya? Apakah kita akan membiarkan kondisi ini terus berlanjut?

Wahai Sahabat, Kekasih Allah

Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Di tanganmu perubahan itu bisa diwujudkan. Ditanganmu kemaslahatan manusia dipertaruhkan. Kembalikan kekayaan yang telah Allah anugerahkan ke tangan umat, untuk kesejahteraan umat. Rebut kembali kekayaan itu dari tangan penjajah!

Wahai Sahabat, Kekasih Allah

Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada dirimu untuk terus berbuat, untuk terus bergerak untuk menjadi pemuda tangguh. Pemuda berkepribadian Islam. Bersama-sama dengan pemuda muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali peradaban Islam. Menghilangkan pengaruh peradaban kapitalisme yang rendah di dunia, sehingga hidup manusia akan menuju kembali ke kehidupan yang cemerlang.
JURUBICARA MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Febrianti Abassuni
HP. 08129049930

Rabu, September 24, 2008

Komentar Terhadap Debat Prokontra Pornografi

menarik jika kita cermati argumen-argumen yang di lontarkan oleh pengasong liberalisme dan permisivisme di indonesia bahkan juga mungkin di luar negeri. mereka mengklaim jika seandainya RUU pornografi di sahkan maka hal itu kan menjadi belenggu bagi kreativitas negeri ini yang merupakan multi kultural.ada sebagian dari masyarakat indonesia ini yang masih mengenakan pakaian yang tradisional dan tetntu saja masih terbuka bagian-bagian tubuhnya. seperti contoh adalah pakaian adat khas jawa yang mengenakan kemben , pakaian khas papua yang mengenakan koteka dan rumbai-rumbai dari tumbuhan. itu, menurut mereka ini salah satu kekayaan bangsa indonesia yang mesti dilestarikan.
perlu kita perjelas disini, bahwa mereka yang mengenakan pakaian yang seperti itu adalah masyarakat pedalaman yang kurang begitu mengenal dunia modern. sehinggga mereka terkucilkan dari pergaulan dunia luar, pengetahuan akan perkembangan budaya masih minim sehingga mereka terpaksa mengenakan pakian khas mereka. sudah menjadi keharusan bagi kita selaku orang yang mungkin sudah tahu tentang perkembangan budaya, sepantasnyalah mengajak mereka kepada dunia yang lebih sopan dan berperadaban.
kaum liberalis juga berpendapat jika RUU ini disahkan jadi UU akan megekang kreatifitas seni .
dalam hal ini, perlu juga kita perjelas tentang apa itu seni. seni terkait dengan keindahan. baik itu karya seni mutlak atau seni relatif. bagi mereka kaum liberal, karya seni itu bisa sesuatu yang mengundang naluri sexual manusia. karena dalam pandangan kaum liberal yang berasaskan nilai manfaat, sesuatu dianggap berharga apabila hal tersebut memiliki nilai manfaat(jual). faktanya masyarakat sekarang ini yang memang menganut sebagian pandangan sekulerisme, masih menyukai hal-hal berbau syahwat.
keadaan ini di ciptakan oleh mereka sendiri, agar produk haram mereka laku di masyarakat. pandangan seperti ini yaitu pandangan sekulerisme sangat merusak. merusak nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat dan agama. sesuatu dinggap baik jika hal itu bisa dimanfaatkan.contohnya ya pornografi itu,karena banyak kalangan masyarakat yang mengkonsumsinya dari mulai anak-anak polos hingga orang tua bangka maka pornografi yang merupakan sumber kebejatan moral tetap di bela -bela.
sudah selayaknyalah kita semua kemabali kepada ajaran suci Islam yang memanusiakan manusia.dan penggunaan sistem sekulersime terbukti telah menyengsarakan kita semua.Wallahu alam bissowab
Andrianto
Aktivis LDK STIK BP Banjar

Kamis, September 11, 2008

Ilmu dan Kebahagiaan

Ilmu dan Kebahagiaan
Ditulis Oleh Adian Husaini

Dalam bukunya, Tasauf Modern, Prof. Hamka pernah menyalin sebuah artikel karya Al-Anisah Mai berjudul ”Kun Sa’idan”. Artikel itu diindonesiakan dengan judul: ”Senangkanlah hatimu!”

Dalam kondisi apa pun, pesan artikel tersebut, maka ”senangkanlah hatimu!” Jangan pernah bersedih. Dalam kondisi apa pun.

”Kalau engkau kaya, senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit....”

”Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang selalu menimpa orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepada engkau lagi, lantaran kemiskinanmu...”

”Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu!

Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacatmu...”

”Kalau tanah airmu dijajah atau dirimu diperbudak, senangkanlah hatimu! Sebab penjajahan dan perbudakan membuka jalan bagi bangsa yang terjajah atau diri yang diperbudak kepada perjuangan melepaskan diri dari belenggu.”


Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah, yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Tapi, apakah yang dimaksud bahagia? Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka, bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Maka, setelah dia dapat, dia menjadi pecinta harta. Toh, setelah harta melimpah ruah, kebahagiaan itu pun tak kunjung menyinggahinya. Harta yang disangkanya membawa bahagia, justru membuatnya resah. Hidupnya penuh porblema. Masalah demi masalah membelitnya. Tak jarang, harta justru membawa bencana. Kadang, harta yang ditumpuk-tumpuk, menjadi ajang konflik antar saudara.

Sebagian orang mengejar kebahagiaan pada diri wanita cantik. Dia menyangka setelah mengawini seorang wanita cantik, maka dia akan bahagia. Tapi, tak lama kemudian, bahtera rumah tangganya kandas. Di depan sorot kamera, tampak mempelai begitu bahagia, bersanding wanita cantik. Namun, kecantikan sering menjadi fitnah dan kemudian membawa bencana. Pujian yang bertabur dari umat manusia tak membuatnya bahagia.

Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab, kekuasaan memang sebuah kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak. Tapi, betapa banyak manusia yang justru hidup merana dalam kegemilangan kekuasaan. Dia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan, setelah kuasa di tangan. Sebelum memegang kuasa, senyuman sering menghiasai bibirnya. Namun, setelah kuasa di dalam genggaman, kesulitan dan keresahan justru menerpanya, tanpa henti.

Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan!

Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan!

Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan!

Orang biasa menyangka bahagia terletak pada kepopuleran!

Dan sangkaan-sangkaan lain...

Tapi, sesungguhnya, kebahagiaan bukanlah terletak pada itu semua. Semua kenikmatan duniawi bisa menjadi tangga yang mengantar kepada kebahagiaan. Semuanya adalah sarana. Bukan bahagia itu sendiri. Lihatlah, betapa banyak pejabat yang hidupnya dibelit dengan penderitaan. Lihat pula, betapa banyak artis terkenal yang hidupnya jauh dari kebahagiaan dan berujung kepada narkoba dan obat penenang!

Jika demikian, apakah yang disebut”bahagia” (sa’adah/happiness).

Selama ribuan tahun, para ahli pikir, telah sibuk membincang tentang kebahagiaan. Kamus The Oxford English Dictionary (1963) mendefinisikan ”happiness” sebagai: ”Good fortune or luck in life or in particular affair; success, prosperity.” Jadi, dalam pandangan ini, kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka, menurut pandangan ini, tidak ada kebahagiaan yang abadi, yang tetap dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia.

Prof. Naquib al-Attas menggambarkan kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: “Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.” Tokoh panutan mereka adalah Sisyphus, yang selalu berusaha mendorong batu ke atas bukit. Tapi, ketika batu sudah sampai di atas bukit, digelindingkannya kembali batu itu ke bawah. Kemudian, dia dorong lagi, batu itu ke atas. Begitu seterusnya. Tiada pernah berhenti.

Itulah perumpamaan tentang kondisi batin masyarakat Barat yang menganut paham relativisme dan tidak mengenal kebenaran pada satu titik tertentu. Ketika sampai pada satu tahap tertentu, dia kembali menghancurkan dan mencari lagi. Mereka selalu dalam pencarian. Tidak akan pernah puas. Laksana meminum air laut. Jika sudah mendapatkan satu gunung emas, mereka akan mencari lagi gunung emas yang kedua.

Berbeda dengan pandangan tersebut, Prof. Naquib Al-Attas mendefinisikan kebahagiaan (sa’adah/happiness) sebagai berikut:

”Kesejahteraan” dan ”kebahagiaan” itu bukan dianya merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan akal-fikri insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran dan nazar-akali belaka. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan Hakikat Terakhir yang Mutlak yang dicari-cari itu – yakni: keadaan diri yang yakin akan Hak Ta’ala – dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri itu berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.” (SMN al-Attas, Ma’na Kebahagiaan dan Pengalamannya dalam Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC:2002), pengantar Prof. Zainy Uthman, hal. xxxv).

Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati, yang dipenuhi dengan keyakinan (iman), dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya, meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampong halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Imam al-Ghazali, seperti dikutip Hamka dalam Tasaud Modern, mengungkapkan: ”Bahagia dan kelezatan yang sejati, ialah bilamana dapat mengingat Allah.” Hutai’ah, seorang ahli syair, menggubah sebuah syair:

ولست آرى السعادة جمع مال * ولكن التقى لهي السعيد

(Menurut pendapatku, bukanlah kebahagiaan itu pada pengumpul harta benda;

Tetapi, taqwa akan Allah itulah bahagia).

Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ”ma’rifatullah”, telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:

”Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu ialah bila kita rasai nikmat kesenangan dan kelezatannya, dan kelezatan itu ialah menurut tabiat kejadian masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dari tubuh manusia. Ada pun kelezatan hati ialah teguh ma’rifat kepada Allah, karena hati itu dijadikan ialah buat mengingat Tuhan.... Seorang hamba rakyat akan sangat gembira kalau dia dapat berkenalan dengan wazir; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan pula dengan raja. Tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan, lebih dari apa yang dapat dikira-kirakan oleh manusia, sebab tidak ada yang maujud ini yang lebih dari kemuliaan Allah... Oleh sebab itu tidak ada ma’rifat yang lebih lezat daripada ma’rifatullah.”

Ma’rifatullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan, bahwa ”Tiada Tuhan selain Allah” (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ”ayat-ayat-Nya”, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Alam semesta ini adalah ”ayat”, tanda-tanda, untuk mengenal Sang Khaliq. Maka, celakalah orang yang tidak mau berpikir tentang alam semesta.

Disamping ayat-ayat kauniyah, Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa ”Tiada tuhan selain Allah”, dan bersaksi bahwa ”Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam.” Risalah kenabian Muhammad saw telah menyempurnakan risalah para nabi sebelumnya.

Inilah yang disebut sebagai ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan Islam, harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati, yang terkait antara dunia dan akhirat. Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta’dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang bayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri, dan sebagainya. Tetapi, apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal dan bahagia beribadah kepada Sang Pencipta.

Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya bahagia dalam keimanan dan keyakinan; yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh setiap keadaan. Dalam kondisi apa pun, hidupnya bahagia, karena dia sudah mengenal Allah, ridha dengan keputusan Allah, dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.

Dalam kondisi apa pun, dalam posisi apa pun, manusia semacam ini akan hidup dalam kebahagiaan. Fa laa khaufun ’alaihim wa laa hum yahzanuun. Hidupnya hanya mengacu kepada Allah, dan tidak terlalu peduli dengan reaksi manusia terhadapnya. Alangkah indah dan bahagianya hidup semacam itu; bahagia dunia dan akhirat.

Karena itu, kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Iqbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Karena itu, kata penyair besar Pakistan ini, hilangnya keyakinan dalam diri seseorang, lebih buruk dari suatu perbudakan.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacam itu; hidup dalam keyakinan; mulai dengan mengenal Allah dan ridha menerima keputusan-keputusan-Nya, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita ingin, bahwa kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma’ruf nahi munkar.

Mudah-mudahan, Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin. [Depok, 6 Rabi’ulawwal 1429 H/14 Maret 2008/www.hidayatullah.com]



Catatan Akhir pekan adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

Minggu, September 07, 2008

Mutiara Ummat Islam

Dunia Barat dan Penguasa Muslim Harus Malu terkait Kasus Dr. Aafia Siddiqui
Thursday, 04 September 2008 10:47
Syabab.Com - Kasus Dr. Aafia Siddiqui benar-benar membuat hati serasa terkoyak, perut terlilit, dan kemarahan terbangkit bagi siapapun yang masih memiliki harga diri. Pengalaman buruk yang dialami ibu dari tiga orang anak kembali menjadi catatan tragedi “Perang melawan Teror” (“War on Terror”), atau “Perang terhadap Islam”. Kasus ini harus membuat siapapun atau pemerintah manapun yang menganggap diri mereka sebagai pejuang hak asasi manusia di dunia untuk menjadi malu.

Dr. Aafia Siddiqui adalah ilmuwan biologi jaringan saraf dan dididik sebagai ahli genetik. Setelah belajar 10 tahun di Amerika Serikat (AS) dan menyabet gelar Doktor di bidang Neurosains Kognitif, Dr. Siddiqui yang berwarganegara Pakistan lalu pulang ke negeri asalnya. Lima tahun lalu pada bulan Maret 2003 ia menghilang bersama 3 anaknya yang berumur 7 tahun, 5 tahun, dan 6 bulan ketika ia berkunjung ke rumah ibunya di Karachi. Banyak yang menduga bahwa ia telah dijemput dalam perjalanannya menuju ke airport oleh dinas rahasia Pakistan, yang lalu menyerahkannya ke FBI atas instruksi pemerintahan Musharraf yang menerima imbalan uang atas dukungannya terhadap AS. Penahanan Dr. Siddiqui dikonfirmasi oleh juru bicara kementerian dalam negeri Paksistan dan dua orang pejabat AS yang tidak disebut namanya dalam media massa Pakistan berbahasa Urdu. Anehnya, hanya berselang beberapa hari saja, rezim Pakistan dan AS menarik pernyataan mereka dan menyangkal memiliki pengetahuan perihal penahanan dan letak penahanan Dr. Siddiqui.

Selama 5 tahun, keberadaan Dr. Siddiqui dan tiga anaknya tidak diketahui hingga perwira kepoliisian Afghanistan di propinsi Ghazni menyatakan di bulan Juli 2008 bahwa Dr Siddiqui ditangkap dengan tuduhan terorisme. Ia sekang disekap di penjara di Brooklyn, New York– Dr Siddiqui yang memiliki dual kewarganegaraan AS dan Pakistan kini menghadapi pengadilan AS dengan tuduhan usaha pembunuhan terhadap personil angkatan bersenjata AS di Afghanistan. Keberadaan tiga anaknya hingga kini belum diketahui.

Pengacaranya dan berbagai organisasi HAM (hak asasi manusia) meyakini bahwa setelah menghilang, Dr. Siddiqui disekap di pangkalan militer AS Bagram di Afghanistan. Organisasi tersebut dan keluarganya mengklaim bahwa selama itu dia telah disiksa hingga kehilangan pikiran. Mereka percaya bahwa dia adalah ‘Tahanan 650′ di Bagram, sebagaimana diceritakan oleh tahanan lainnya yang berhasil melarikan diri dari atau dilepaskan dari penjara, sebagai wanita yang disekap dalam tahanan secara sendirian, jeritan dan teriakannya kerap menghantui tahanan lainnya. Anggota parlemen Lord Nazir Ahmed yang mengangkat isu tentang kondisi Tahanan 650 di House of Lord, saat identitas tahanan 650 itu belum diketahui, berkata bahwa dia telah disiksa dan kerap diperkosa oleh sipir penjara. Lord Nazir juga mengatakan bahwa Tahanan 650 tidak diberikan toilet yang terpisah bahkan tahanan yang lain pun bisa melihat tubuhnya ketika mandi.

Penistaan terhadap saudara perempuan kita ini tidak berhenti di Bagram. Kini ia ditahan di Pusat Penahanan Metropolitan Brooklyn, dan dipaksa untuk diperiksa dengan melepaskan seluruh pakaiannya setiap kali ia hendak bertemu dengan pengacaranya, diplomat Pakistan, dan anggota keluarganya. Ini semua dilakukan bahkan ketika kantor penjara sudah melarang adanya kontak fisik antara dia dengan siapapun. Saudara perempuan kita ini menolak penistaan semacam ini dan akibatnya harus melepaskan haknya untuk bertemu dengan pengacaranya dalam banyak kesempatan.

Kini Aafia Siddiqui menghadapi prosesi “Pengadilan Kanguru” dan “Pengadilan Politik” di AS, suatu prosesi untuk menghindarkan malu bagi AS, bukan tentang terorisme. Pengacaranya, Elaine Whitfield Sharp berkomentar bahwa kliennya ditahan karena alasan politik dan semua tuduhan padanya ‘terbukti salah dan tidak bermakna’. Sangatlah aneh bahwa seorang perempuan yang digambarkan FBI selama 5 tahun sebagai wanita yang paling dicari dalam Perang melawan Teror dan diduga ditahan oleh pemerintah Afghan dengan tuduhan membawa instruksi membuat bom dalam tasnya dan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam botol, kini akan menghadapi pengadilan dengan tuduhan kriminal biasa (percobaan pembunuhan dan penyerangan), yang tidak berhubungan dengan terorisme.

Tuduhan kriminal tersebut berasal dari cerita pemerintah AS bahwa selama diinterogasi di Afganistan, Dr. Siddiqui merebut senapan interogatornya dan menembaki perwira AS. Ia lalu ditembak di dada dan dilumpuhkan, namun sempat menendang tentara AS yang berusaha untuk menahannya. Kalau terbukti, Dr. Siddiqui akan menghadapi 20 tahun penjara untuk setiap tuduhan. Namun ada banyak ketidacocokan terhadap cerita ini dan polisi Afganistan yang hadir dalam peristiwa interogasi tersebut memberi versi lain. Beberapa diantaranya mengatakan kepada Reuters bahwa tentara AS memaksa supaya Dr. Siddiqui ditransfer ke AS dan ketika polisi Afghan menolak, mereka dilucuti senjatanya. Mereka juga mengklaim bahwa tentara AS-lah yang menembak Dr. Siddiqui dengan alasan bahwa ia adalah pembom bunuh diri.

Ini menimbulkan banyak pertanyaan, bagaimana mungkin seorang perempuan yang memiliki berat badan sekitar 45 kg, ditembak di dada dan digambarkan sebagai lemah dan renta hingga harus dituntun untuk masuk ke ruang pengadilan di AS mampu meronta dan menyerang sekelompok perwira AS yang menahannya. Pengacara Dr. Siddiqui, Elizabeth Fink menyatakan bahwa anggapan terhadap ‘perempuan 45 kg’ yang diduga mampu menimbulkan kekerasan sebagaimana dituduhkan oleh pemerintah AS sangatlah ‘absurd’. IA Rehman, direktur Hak Asasi Manusia Pakistan, organisasi independen berkata bahwa cerita pemerintah AS adalah “kebohongan terbesar di abad 21.”

Tanggapan pemerintah dunia Barat dan penguasa Muslim, terutama pemerintah Pakistan terhadap peristiwa yang menimpa Dr. Siddiqui yang sangat memilukan ini sungguh memalukan. Banyak sekali pertanyaan yang tidak bisa terjawab– Siapa sebenarnya yang bertanggungjawab terhadap penculikannya? Kenapa dia ditahan dalam waktu yang sangat lama di Bagram tanpa tuduhan dan tanpa pengacara? Kenapa dia diekstradiksi ke AS tanpa prosedur? Dimana 3 anak-anaknya? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang pemerintah Barat, AS, dan Pakistan terkesan tidak peduli untuk mencari tahu jawabannya.

Ketidakpedulian dan penggunaan standar ganda oleh Barat, yang mengklaim sebagai penyeru hak asasi manusia diseluruh dunia, ternyata menutup mata terhadap perlakuan keji dan pelanggaran secara serius terhadap hak Dr. Siddiqui sebagai individu. Maka nampaklah bahwa slogan-slogan dunia Barat tentang hak asasi manusia (HAM), supremasi hukum, transparansi keadilan, prosedur hukum hanyalah sekedar alat yang digunakan pemerintah Barat — yang sewaktu-waktu bisa dicampakkan begitu saja– demi kepentingan politik dan penaikan pamor di dunia internasional. Berani-beraninya pemerintah barat berlagak suci, padahal pada saat yang sama bau busuk mulai menyebar dari wilayah mereka sendiri? Maka sangat kurang ajar pemerintah semacam itu yang dengan seenaknya merendahkan perlakuan Islam terhadap wanita, padahal kasus Dr. Siddiqui justru menunjukkan tradisi abad pertengahan dalam sejarah mereka saat memburu dan menyiksa wanita penyihir masih melekat dalam diri mereka dan nampak di dalam perilaku mereka sendiri? Lalu siapa sebenarnya yang masih sangat kuno dalam perilakunya?

Keterlibatan pemerintah Pakistan dan ketidakpeduliannya terhadap perlakuan keji yang menimpa saudara perempuan seiman ini adalah suatu tindakan kriminal. Sangatlah memalukan bahwa pemerintah Pakistan telah menyerahkan kedaulatan dan warga negaranya sendiri ke Amerika. Sangatlah memalukan bahwa mereka telah menukar kehormatan saudara kita demi seonggok kertas dolar. Sungguh memalukan bahwa mereka telah menjual putri umat ini kepada mereka yang telah menebar kebencian terhadap Islam.

Pengkhianatan para penguasa muslim pun tidak mengenal batas. Mereka telah mengenyampingkan kebutuhan dan perlindungan hak-hak umat dengan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Bagaimana pemerintah rezim Musharaf bisa menerima fakta bahwa warganegaranya sendiri dilarikan ke Amerika dan menghadapi persidangan di sana tanpa mempertanyakan keabsahannya sama sekali? Pemerintah semacam ini hanya peduli bagaimana mempertahankan kedudukan mereka saja.

Mereka sudah kebal terhadap penderitaan, air mata dan jerit kesakitan umatnya, dan lebih menyibukkan diri mereka dalam urusan kekuasaan dan keuntungan pribadi. Pemerintahan macam apa yang membiarkan anak-anak perempuannya untuk disiksa hingga kehilangan nalar? Pemerintah macam apa yang membiarkan tiga anak kecil untuk kehilangan ibunya –satu diantaranya baru berumur 1 bulan yang hanya tahu kehangatan dari pelukan ibunya? Sungguh, kisah pengkhianatan dan sifat pengecut para penguasa muslim tidak akan pernah terlupakan.

Kasus Aafia Siddiqui menunjukkan urgensi yang semakin genting untuk mengembalikan kembali institusi negara Khilafah. Para wanita umat telah merindukan kepemimpinan Islam yang akan melindungi kehormatannya, mengembalikan hak-haknya, menghilangkan perasaan takut dan menegakkan keamanan di tanah tumpah darah mereka sendiri. Mereka menginginkan negara yang akan menghapus kesengsaraan, penderitaan, dan air mata dari penghinaan, menuju ke era baru yang penuh dengan harapan, kekuatan, dan keadilan bagi umat ini. Benar-benar, apabila terjadi, akan membuka era baru yang menghantarkan dunia kepada makna sejati kehidupan manusia, perlindungan terhadap martabat dan hak-haknya.

Anak-anak perempuan Umat ini sedang menunggu untuk memba’iat seorang Khalifah yang benar-benar akan memenuhi kebutuhan mereka dan melindungi yang lemah diantara mereka– seorang Khalifah yang akan mengirim anak-anak muda pemberani dari Umat ini untuk membebaskan wanita muslim dari penjara penindasan– pemimpin anak muda seperti Muhammed ibn Qasim yang di abad ke-8 diutus Khalifah dengan memimpin 6 ribu pasukan kavaleri untuk membebaskan wanita muslim yang dipenjara oleh Raja Delhi India. Dalam perjalanannya, ia dan pasukannya harus menghadapi musuh yang jumlahnya berlipat dari mereka namun ia masih mampu untuk menundukkannya.

Maka, wahai para hamba Allah, mari tiap-tiap kita bekerja secara sungguh-sungguh, sebarkan seruan kita, dan berikan segala daya upaya untuk mengembalikan keberadaan negara Khilafah yang akan menghilangkan penderitaan saudara-saudara perempuan kita menuju harapan, menghilangkan kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Allah Swt. berfirman:

“Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari kalangan kamu (wahai umat Muhammad) bahwa Dia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka: Khalifah-khalifah yang berkuasa dan Dia akan menguatkan dan mengembangkan agama mereka (agama Islam) yang telah diredhaiNya untuk mereka; dan Dia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami ketakutan (dari ancaman musuh). Mereka terus beribadat kepadaKu dengan tidak mempersekutukan sesuatu yang lain denganKu dan (ingatlah) sesiapa yang kufur ingkar sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang durhaka.” [TQS An-Nuur (24): 55]

Dr. Nazreen Nawaz
Perwakilan Media Perempuan – Hizb ut-Tahrir Inggris

Minggu, Agustus 31, 2008

ABLASIO RETINA

ABLASIO RETINA

ABLASIO RETINA
Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di bawahnya.

Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya pada retina membentuk suatu selaput tipis yang melekat erat pada jaringan penyokong di bawahnya.
Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina tidak dapat berfungsi dan jika tidak kembali disatukan bisa terjadi kerusakan permanen.

Ablasio bisa bermula di suatu daerah yang kecil, tetapi jika tidak diobati, seluruh retina bisa terlepas.
Pada salah satu bentuk ablasio, retina betul-betul mengalami robekan. Bentuk ablasio ini biasanya terjadi pada penderita miopia atau penderita yang telah menjalani operasi katark atau penderita cedera mata.

Pada ablasio lainnya, retina tidak robek tetapi terpisah dari jaringan di bawahnya.
Pemisahan ini terjadi jika gerakan cairan di dalam bola mata menarik retina atau jika cairan yang terkumpul diantara retina dan jaringan di bawahnya mendorong retina.



PENYEBAB
Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah bayangan yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa.

Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:

* Trauma

* Proses penuaan
* Diabetes berat
* Penyakit peradangan,
* tetapi ablasio retina sering kali terjadi secara spontan.


Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat prematuritas.

Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh darah retina yang kecil bisa menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata yang dalam keadaan normal terisi oleh humor vitreus.
Jika terjadi pelepasan makula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang.

Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:

* Rabun dekat
* Riwayat keluarga dengan ablasio retina
* Diabetes yang tidak terkontrol
* Trauma.




GEJALA
Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa menyebabkan gambaran bentuk-bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan cahaya, serta menyebabkan penglihatan menjadi kabur.

Hilangnya fungsi penglihatan awalnya hanya terjadi pada salah satu bagian dari lapang pandang, tetapi kemudian menyebar sejalan dengan perkembangan ablasio.

Jika makula terlepas, akan segera terjadi gangguan penglihatan dan penglihatan menjadi kabur.


PENGOBATAN MEDIS
Pembedahan laser bisa digunakan untuk menutup lubang atau robekan pada retina yang biasanya ditemukan sebelum terjadinya ablasio.

Dengan kriopeksi (pemberian dingin dengan jarum es) akan terbentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada jaringan di bawahnya.
Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan kembali cairan di belakang retina.

Penempelan kembali retina melalui pembedahan terdiri dari pembuatan lekukan pada sklera (bagian putih mata) untuk mengurangi tekanan pada retina sehingga retina kembali menempel.



PENCEGAHAN
Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.

Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara seksama.

Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal setahun sekali.


TERAPI HERBA
Teteskan THM 3 tetes sehari. THM yang rasanya dingin dapat membantu melekatkan retina.
KOnsumsi spirulina HPA 2x2. Spirulina ini mengandung beta karoten yang terbaik untuk mata
Konsumsi omega 3 sofgel HPA 2x2.
konsumsi teh herba 1 ktg sehari (3 x minum)
Tags: ablasio retina
4 comments share

ATH THIBBUN NABAWY : Alamiah, Imiah, Ilahiyah

Menentukan Awal Ramadhan Dengan Hilal dan Hisab

Menentukan Awal Ramadhan Dengan Hilal dan Hisab
Kategori: Fiqh dan Muamalah

Cara Menentukan Awal Ramadhan

Berdasarkan petunjuk dari suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, awal Ramadhan ditentukan dengan melihat hilal secara langsung atau dengan kesaksian satu orang yang balig, berakal, muslim, dapat dipercaya dan mampu menjaga amanah yang melihat secara langsung. Apabila hilal ini tidak terlihat atau tidak ada kesaksian dari satu orang karena mendung atau tertutupi awan, maka bulan Sya’ban disempurnakan (digenapkan) menjadi 30 hari.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala,

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً ، فَلاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلاَثِينَ

“Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban, -pen). Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari)

Menentukan Awal Ramadhan dengan Hisab

Para pembaca sekalian, perlu diketahui bersama bahwasanya mengenal hilal adalah bukan dengan cara hisab (menghitung posisi bulan yang merupakan bagian dari ilmu nujum) sebagaimana yang dilakukan oleh berbagai organisasi Islam saat ini. Namun yang lebih tepat dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melihat/mengenal hilal adalah dengan ru’yah (yaitu melihat bulan langsung dengan mata telanjang). Karena Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi contoh dalam kita beragama telah bersabda,

إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسِبُ ,الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا

“Sesungguhnya kami adalah umat ummiyah. Kami tidak mengenal kitabah (tulis-menulis) dan tidak pula mengenal hisab. Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30).” (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan bahwa yang dimaksud hisab di sini adalah hisab dalam ilmu nujum (perbintangan).

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengenal ilmu hisab sama sekali. Dan perlu diketahui pula bahwa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ada ilmu hisab, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menggunakannya. Ingatlah, petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –lah yang benar dan merupakan sebaik-baik petunjuk. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya. Perkataan beliau adalah wahyu Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tiadalah yang Nabi ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu Allah yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm [53] : 3-4)

Perhatikan pula bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengaitkan hukum masuknya bulan ramadhan dengan hisab sama sekali sebagaimana beliau jelaskan dalam hadits di atas (yaitu ‘Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari‘). Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan kita untuk bertanya pada ahli hisab (pakar ilmu nujum). Beliau memerintahkan kita -apabila tidak terlihat hilal- untuk menggenapkan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari. Demikianlah bulan hijriyah, jumlah hari di dalamnya tidak mungkin lebih dari 30 hari dan tidak mungkin kurang dari 29 hari. Sehingga para ulama mengatakan bahwa yang lebih tepat dalam melihat hilal adalah dengan ru’yah dan bukan dengan hisab.

Para pembaca dapat melihat perkataan Al Baaji yang dibawakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berikut ini. Beliau mengatakan, “(Menetapkan ramadhan dengan ru’yah) adalah kesepakatan para salaf (para sahabat) dan kesepakatan ini adalah hujjah/bantahan kepada mereka (yang menggunakan hisab).” Lihat pula perkataan Ibnu Bazizah dalam kitab yang sama, “Mazhab ini (yang menetapkan awal Ramadhan dengan hisab) adalah Mazhab batil dan syariat ini telah melarang mendalami ilmu nujum (hisab) karena ilmu ini hanya sekedar perkiraan (dzon) dan bukanlah ilmu yang pasti (qoth’i) atau persangkaan kuat. Maka seandainya suatu perkara (misalnya penentuan awal ramadhan, -pen) hanya dikaitkan dengan ilmu hisab ini maka agama ini akan menjadi sempit karena tidak ada yang menguasai ilmu hisab ini kecuali sedikit sekali.”

Apabila pada Malam Ketigapuluh Sya’ban Tidak Terlihat Hilal

Apabila pada malam ketigapuluh Sya’ban belum juga terlihat hilal karena terhalangi oleh awan atau mendung maka bulan Sya’ban harus disempurnakan menjadi 30 hari. Dan pada hari tersebut tidak diperbolehkan berpuasa berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدٌ الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ أَحَدٌ كَانَ يَصُومُ صِيَامًا قَبْلَهُ فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada hari tersebut maka puasalah.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan Nasa’i)

Hadits ini menunjukkan bahwa mendahulukan puasa pada satu hari sebelum Ramadhan dalam rangka kehati-hatian yaitu takut kalau pada hari yang meragukan ini ternyata sudah masuk Ramadhan adalah haram. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi ancaman bagi orang-orang yang berlebih-lebihan seperti ini dalam sabda beliau,

هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ

“Binasalah orang yang berlebih-lebihan.” (HR. Muslim)

Pada hari tersebut juga dilarang untuk berpuasa karena hari tersebut adalah hari yang meragukan. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan Tirmidzi)

Namun jika pada hari yang meragukan ini pemerintah memerintahkan untuk berpuasa, maka kaum muslimin diharuskan untuk berpuasa mengikuti pemerintah mereka sebagaimana penjelasan berikut ini.

Ikutilah Pemerintah dalam Memulai Puasa Ramadhan atau Berhari Raya

Jika melihat mudahnya dan dalam rangka menjaga persatuan kaum muslimin, maka cara terbaik dalam menentukan awal Ramadhan adalah dengan mengikuti keputusan pemerintah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تَضَحُّوْنَ

“Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, idul fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul fithri, dan idul adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul adha.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hadits ini hasan ghorib). Lalu Imam Tirmidzi mengatakan, “Sebagian para ulama menafsirkan hadits ini dengan mengatakan, ‘Maksud hadits ini adalah puasa dan hari raya hendaknya dilakukan bersama jama’ah (yaitu pemerintah kaum muslimin) dan mayoritas manusia (masyarakat)’“. (Lihat Tamamul Minnah, I/399, Al Maktabah Al Islamiyyah)

Semoga kita mendapatkan petunjuk untuk bersegera melakukan ketaatan kepada Allah yang telah memberikan berbagai limpahan nikmat kepada kita. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id